Nuansa Bening Lantabur
Kring... Kring...
Suara bel masuk berbunyi nyaring tepat pukul 7 pagi. Tampak langkah kaki
anak-anak sudah berlarian menuju lapangan depan gedung sekolah, namun belum
membentuk barisan yang rapi. Saya pun membantu ustadz dan ustadzah yang lain
merapikan barisan anak-anak guna mengikuti upacara bendera. Ya, seperti
biasanya, senin adalah hari dimana kami mengawali kegiatan sekolah dengan
upacara yang merupakan salah satu bentuk pengabdian yang bisa kami lakukan
untuk negara tercinta.
Staf ustadz dan
ustadzah sudah berbaris rapi didepan anak-anak yang sedari tadi menunggu
dimulainya upacara oleh anak kelas 6. Namun, ada juga beberapa ustadz atau
ustadzah yang berbaris dibelakang anak-anak untuk mengkondisikan mereka agar
tetap tenang saat upacara berlangsung. Sementara anak kelas 6 yang bertugas
hari ini pun telah menyiapkan diri dengan selempang hijaunya sebagai tanda
mereka adalah petugas upacara. Ustadz atau ustadzah, begitulah sebutan untuk
guru di Sekolah Islam Terpadu Lantabur ini. Yang diharapkan tak akan pernah
jadi manusia yang merugi seperti arti kata Lantabur itu sendiri.
Pukul 07.15
upacara benderapun dimulai oleh protokol. Pada hari ini yang bertepatan dengan
Hari Pendidikan Nasional, Kepala SD IT yang menjadi pembina upacara. Beliau
memberikan amanat kepada mereka untuk senantiasa bersyukur, bahwa mereka masih
bisa mengenyam pendidikan dengan nikmat hingga saat ini. Dengan semangat
berapi-api Kepala Sekolah menyampaikan bahwa keadaan mereka saat ini sudah
bagus, sudah punya gedung sendiri untuk belajar, jalan sekolah masih bisa
ditempu dengan nyaman, pakaian dan peralatan sekolah pun sudah cukup layak.
Mereka terkesima mendengar bahwa ada kondisi yang lebih sulit dari mereka dalam
menuntut ilmu. Mereka harus tahu bahwa mereka tidak patut bersungut-sungut dan
mengeluh. Memang yang kita punyai itu terbatas, namun syukurilah dan manfaatkan
sebaik-baiknya pada apa yang sudah ada, supaya ketika Allah berikan kepada kita
sesuatu yang lebih besar dan lebih baik, kita telah siap menerimanya kelak.
Ujar Kepala Sekolah kepada anak-anak.
Dari sudut barisan
ada salah satu ustadz yang sedang sibuk mengkondisikan anak kelas 1 untuk diam
saat upacara.
Dan Kepala Sekolah
tetap melanjutkan pidatonya. Selanjutnya beliau berbicara bagaimana mereka
harus bersyukur, karena guru-guru mereka adalah guru yang penuh dedikasi.
Walaupun rumah ustadz / ustadzah ada yang jauh, namun mereka tetap mengupayakan
untuk tetap hadir dan mengajar.
Poin berikutnya yang
disampaikan oleh pembina upacara khusus untuk kelas 6 yang sebentar lagi akan
menghadapi Ujian Nasional (UN). Hal ini berkaitan dengan kejujuran. Dan
anak-anak dianjurkan untuk tetap jujur dalam menyelesaikan soal ujian nanti
tanpa harus menyontek.
Sebagai penutup,
beliau tak lupa menyemangati anak-anak untuk berprestasi dalam kebiasaanya
masing-masing. Kepala Sekolah mengajak kami bersama-sama menutup amanat singkat
di Hari Pendidikan Nasional ini dengan meneriakan yel khas Lantabur.
-
Sekolah
IT... Sekolah IT...?
-
Lantabur...
Lantabur.
-
Lantabur...
Lantabur?
-
Jaya,
jaya...
-
Takbir,
takbir...
-
Allahu
Akbar...!!
Serta diiringi dengan tepuk semangat bersama-sama. Kemudian
protokol melanjutkan kembali membacakan susunan upacara hingga upacara pun selesai. Barisan
dibubarkan oleh salah satu ustadzah dan anak-anak berlarian menuju kelas
masing-masing.
***
Gedung hijau yang
terdiri dari 2 lantai ini membawa nuansa indah pada setiap ruangnya. Setiap
dinding pada masing-masing kelas ramai dipenuhi display yang menarik, yang
sengaja dibuat baik oleh anak-anak maupun guru kelasnya untuk menjadikan mereka
semakin semangat belajar dengan warna-warni hasil karya mereka sendiri. Pada
kedua lantai ini juga terdapat 2 tempat toilet yang terjaga kebersihannya yang
letaknya berada pada sudut masing-masing lantai, tepat berada disamping dan
dibawah anak tangga. Toilet atas khusus diperuntukan bagi ikhwan atau
laki-laki, sedangkan toilet bawah diperuntukan bagi akhwat atau perempuan.
Didepan kelas telah terjejer rapi rak sepatu untuk meletakan sepatu mereka agar
ruang belajarpun tetap bersih dengan melepas alas kaki. Bukan hanya Sekolah
Dasar, namun di lantai bawah juga terdapat Taman Kanak-Kanak yang terdiri dari
4 kelas.
Seorang anak kelas
2 berteriak sambil berlari mendekatiku.
Tasya : “Ustadzah...!
Nanti masuk ke kelas kami kan?”
Ustadzah : “Iya, anak
ustadzah..” Sambil menyunggingkan senyum.
Tasya : “Ada bintangnya lagi gak ustadzah?”
Ustadzah : “Hehehe,
belajarnya karena mau dapat bintang apa mau dapat ilmu?? Ayo..?”
Tasya : “Emm... ( Sambil berfikir
sejenak). Dapat ilmu dong..! Biar kalau sudah gede, hafalan Qur’annya tambah
banyak, ustadzah. Kayak kakak-kakak kelas 6.”
Ustadzah : “Memangnya
cita-cita Tasya apa?”
Tasya : “Tasya
kan mau jadi seorang hafidzhoh.”
Ustadzah : “Subhanallah..
Aamiin ya Allah...”
Tertegun saya mendengar jawaban anak sekecil ini. Baru usia kurang
dari 7 tahun saja sudah punya cita-cita yang begitu mulia. Malu rasanya jika
hafalan saya masih sedikit dan tidak bertambah-tambah. Astaghfirullah. Karena
rasa penasaran, saya lanjutkan pertanyaan saya.
Ustadzah : “Kenapa Tasya mau jadi hafidzhoh?”
Tasya : “Kata ustadz
Tomi, orang yang menghafal Qur’an itu bisa dapet mahkota diakherat. Jadi kalau
sudah dapet, Tasya hadiahin ke ummi aja.”
Ustadzah : ( Menahan
air mata) “Wah.. ummi pasti seneng banget dikasih mahkota sama Tasya ya..?”
(Sambil mengelus kepalanya yang berbalut jilbab hijau batik)
Tasya : (Senyum
sumringan sambil memeluk manja mengalungkan kedua tangannya dipinggangku)
Ustadzah : “Eegh.. anak ustadzah sudah wudhu
belum? Kan sebentar lagi mau sholat Dhuha.”
Tasya : “Hehe..
belum ustadzah. Mau ngambil mukenah dulu.”
Ustadzah : “Ya sudah,
langsung diambil ya.. nanti ketinggalan sama temen-temennya.”
Tasya : “Iya, Ustadzah..!”
Sambil berlalu pergi mengejar teman yang lain yang sudah lebih dulu menuju
saung.”
Dhuha jadi
rutinitas wajib setiap pagi disini. Namun berbeda jika hari jum’at tiba. Jum’at memang menjadi hari yang tidak biasa.
Sebab, sesudah anak-anak melaksanakan sholat Dhuha bersama, lalu dilanjutkan
tausiyah yang disampaikan oleh salah satu ustadz/ ustadzah yang telah diberi
amanat. Selain itu, kegiatan “Market Day” menjadi peramai bagi anak-anak
yang ingin belajar berwirausaha. Penjual dan pembeli adalah anak-anak Lantabur
itu sendiri, mereka sengaja membawa makanan yang sehat dari rumah untuk dijual
kepada teman-temannya. Bahkan bukan hanya anak-anak, guru yang penasaran ingin
mencicipi bawaan anak pun ikut membeli jualan mereka. Dan kantin tidak
beroperasi khusus untuk hari jum’at saja.
Tak terasa, jam
dinding di kantor telah menunjukan pukul 14.00 WIB dan itu berarti waktunya
untuk pulang. Ustadz yang berada dibagian Tata Usaha segera membunyikan bel
tanda pulang dan kemudian diiringi dengan lagu anak-anak gembira. Mobil
jemputan sekolah telah menunggu untuk diisi dan dengan senang hati pak sopir
mengantar mereka ke rumah masing-masing. Dan seninpun telah berlalu dengan
begitu banyak rahmat dari Illahi.