Jumat, 15 Januari 2021

Aku dan Tarbiyah

        Tarbiyah. Halaqoh. Sarana yang begitu mendidik, namun orang-orang akan merasa asing jika ia tak menyelami kedalamannya. Bahkan bisa juga dianggap sebagai aktivitas tak berbobot. Itu karena mereka sangat asing. Ingin kutularkan rasa bahagia ini. Pun keindahan itu ingin kutebar. Namun, rasa takut itu terkadang muncul. Tak semua orang mau menerima, tak semua orang sepaham. Namun, sedikit yang ingin merasakannya. Tetapi, saya begitu yakin jika mereka tahu bahwa media ini memiliki nilai melebihi intan dan berlian. Takkan mau mereka berpaling. Bukan lagi mereka yang dicari, namun mereka yang mencari. 

         Benarlah kata seseorang yang pernah mengatakan kepada saya.

”Tarbiyah bagaikan embun”.

 “Ada apa dengan embun?” 

         Embun itu, ketika engkau melihatnya, akan terlihat bening, ketika engkau merasakannya, akan terasa sejuk dan segar. Embun di pagi itu, selalu dan terus menyejukkan dedaunan dan rerumputan di pagi hari, dan membawa suasana segar bagi siapa pun yang merasakannya. Embun itu, pada akhirnya akan selalu memberikan kesegaran bagi yang percaya akan manfaat embun. 


         Kini, bagiku, begitu juga dengan tarbiyah. Ibarat embun, tarbiyah akan menyegarkan kembali hati-hati kita yang mulai kering, akan menyegarkan kembali jiwa-jiwa kita yang mulai melapuk, kering karena iman kita yang compang-camping, melapuk karena jiwa ini terlampau banyak dosa. Bagi yang yakin akan kekuatan dari tarbiyah, maka tarbiyah ibarat embun pagi yang akan menyegarkan dedaunan, sehingga dedaunan terlihat segar, siap menantang teriknya matahari, siap untuk menatap dunia.                     Begitulah tarbiyah ini, dia akan selalu memberikan kesegaran kepada hati-hati yang kering, kepada jiwa-jiwa yang lapuk, sehingga hati kembali segar, seperti dedaunan pagi hari, sehingga jiwa kembali kokoh, setegar pepohonan pagi. Embun pagi, ia mengajari kita, tentang harmoni, karena ia meneteskan kesegaran itu kesemuanya, bukan hanya daun, bukan hanya rumput, tetapi semuanya. Dedaunan, rerumputan, pepohonan pagi, serangga-serangga kecil, semuanya merasakan kesejukan embun pagi. Semuanya merasakan kesegarannya, semua merasakan kelembutan sentuhan tetesannya. Semua menikmatinya. 

        Embun pagi. Tarbiyah. Seharusnya juga demikian. Tarbiyah mengajarkan, bukan hanya dia, bukan hanya mereka, bukan hanya ini, bukan hanya itu, tetapi semuanya. Tetapi menyeluruh. Karena tarbiyah ada untuk menjadi kebermanfaatan bagi semua, bukan hanya untuk saya, bukan hanya untuk dia, bukan hanya untuk mereka. Semuanya. Ya. Semuanya. Karena tarbiyah ada adalah untuk rahmat bagi seluruh alam. 


     Begitu banyak hal yang saya dapatkan dalam lingkaran kecil ini. Mulai yang diberi nama Hamasah Circle (Hc), lalu ke Lingkaran Cantik (Lc) dan sekarang saya berada pada Golden Circle (Gc). 

     Saya rasakan manisnya ukhuwah karena iman. Saya rasakan kehadiran dan sentuhan Cinta-Nya. Saya rasakan kasih sayang kekasih-Nya. Utusan-Nya Rasulullah Muhammad SAW yang karena perjuangannya, kesabarannya, luka-lukanya, keikhlasannya, ketabahannya, kekuatannya, cintanya serta cucuran air mata rindunya pada kami umatnya yang hidup jauh setelah beliau pergi, dan wahai Allah Engkau tau kami-pun merindukan beliau SAW yang senatiasa kami berharap dapat melihat wajah teduhnya dan bersamanya di Jannah-Mu kelak. Seperti yang digambarkan dalam firman Allah :         

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun, dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah; 9:128) 

 “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).” (QS.Ali ‘Imran: 8) 


         Tsiqah. Percaya saja. Bahwa bersama kesejukan embun tarbiyah adalah solusinya. Bersama kesejukan, lalu menikmati kelembutan belaian dan sentuhan embun tarbiyah adalah bagian dari solusi, untuk menyegarkan kembali lingkungan kita, memberikan nuansa surgawi kepada lingkungan kita, kepada masyarakat kita, kepada alam ini. Tarbiyah, tidak ada tempat yang lebih kunanti selain duduk dalam lingkaran, bercengkerama dengan qadhoya ‘curhat’, dan menikmati kuliner yang tersaji. Rindu yang begitu berat tiba-tiba menjadi enteng jika melihat senyum mereka (teman-teman tarbiyah). Indah.         Sungguh suasana yang tak bisa tergantikan. Kekaguman pada MR yang tak terbatasi oleh apa pun, makin mempererat kecintaan kami. Saya dulu adalah seorang anak baru gede lulusan SMK yang teramat buta kepada agama,hingga saya disesatkan untuk mengikuti pengajian pekanan di sebuah Kota panas Palembang. Kota itupun sebenarnya masih baru bagi saya, karena saya memang jarang pergi ke mana-mana, apalagi sampai ke luar kota. Tujuan saya ke Palembang tak lain hanya mengikuti titah kakak perempuan saya (ayuk) untuk menggantikannnya bekerja di sebuah Tempat Penitipan Anak (TPA). Dan untuk anak yang belum memiliki pengalaman apa-apa seperti saya, tugas saya hanya nurut saja. Hanya ada sebuah keyakinan, ayuk ku pasti memikirkan kebaikanku. 


         Berawal dari ajakan seorang ummi hebat di Palembang. Yang tak lain adalah bulekku sendiri. Yang notabenenya memang seorang yang tarbiyah sudah lama dan kemudian mengajakku untuk bersama-sama mengenal indahnya tarbiyah. Semoga beliau selalu diberi rahmat oleh yang Maha Kuasa lahir dan batin. Bila beliau dalam keadaan sakit, semoga penyakitnya diangkat oleh Allah tanpa mengurangi ketakwaan dan keimanannya. Amin ya Robbal ‘alamin. 

         Pada bulan pertama , keberangkatan halaqoh saya masih harus diingatkan oleh ayuk saya, murobbi saya pun turut menghubungi secara pribadi. Yaa.. mau tidak mau saya harus datang. Dari pada tidak ada kerjaan dan hanya “ngasuh” saja di rumah. Pikir saya kala itu. Namun semakin hari saya jalani, perhatian Murobbi saya menjadi titik kepuasan tersendiri bagi saya. Mulai dari memberikan hadiah kecil untuk saya, seperti : dalaman jilbab, obat herbal, dan lain-lain. Bahkan saya diajukan mendapatkan beasiswa dari DSIM, di mana tempat MR saya bekerja. Hingga saya sampai terkecimpung bersama anak yatim menjadi Kakak Asuh mereka di program pendidikan DSIM “Yatim Kreatif Indonesia” Kota Palembang. Saat itu saya memang haus pengalaman dan rekan sejawat, maka MR saya menyediakannya untuk saya. Tabarakallah buat murobbi pertama saya. Semoga Allah juga melimpahkan banyak kebaikan kepadanya dan membalas semua perhatiannya. Aamiin.. 

         Hampir 12 tahun sudah saya menjalani tarbiyah ini. Namun entah kapan halaqoh mulai menjadi kebutuhan bagi saya. Dulu, sekarang dan sampai nanti, insya Allah.Tarbiyah menuntun saya mengenal kebermaknaan hidup yang sesungguhnya. Membuat saya mampu mengenal diri saya dan tuhan yang menciptakan saya. Allah.. Semoga saya akan selalu Kau sayang dengan impahan rahmatmu melalui tarbiyah ini. Aamiiin. Sebagai penutup tulisan ini, saya berharap mampu menjadikan diri saya menjadi orang yang lebih pandai bersyukur. Kesadaran saya sekarang adalah benar. Bahwa saya tersesat di jalan yang lurus. Bersama murobbi dan teman-teman halaqoh yang selalu mengingatkan saya tentang menjadi orang yang sholeh dan mensholehkan. Menggenggam cinta-Nya, meraih ridho Illahi. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar