Selasa, 25 Juni 2013

Ketika Cinta Ber-Tajwid

@ Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah. hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

@ Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada.

@ Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

@ Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

@ Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba - tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

@ Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

@ Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul- pantul dengan keras.

@ Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

@ Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Quran. Buanyaaakkk beneerrrrr

@ Semoga dalam hubungan kita ini kayak idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’.

@ Layaknya waqaf mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku?

@ Meski perhatianku tak terlihat seperti alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

@ Kau dan aku seperti Idghom Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

@ Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna di akhir hayat.

@ Sama halnya dengan Mad ‘aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

@ Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku.

@ Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

@ Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun



Sumber: Dakwah Kreatif




Tidak ada komentar:

Posting Komentar